Kini tibalah kita di tahun 2008. Begitu banyak perubahan di
sini. Dari yang “kering”, menjadi “basah”, seperti bumi mati yang ditumpahi
hujan deras untuk hidup kembali. Kalian tahu aku ngutip Al-Quran surat apa, ayat berapa?
He he he~ Tahun ini aku banyak membuat sajak yang berbentuk lirik lagu dan
sajak yang benar-benar sajak. Saking banyaknya, mungkin post ini akan menjadi
cukup panjang. Akan tetapi, yakinlah yang kupost di sini adalah yang terbaik
(menurutku). Kumpulan sajak “KAMAR PENENGADAH”, demi ke-tidak-campur-baur-an,
kupost pada halaman berikutnya.
01. Hukum Tuhan
02. Langit Biru Tua
03. Pengintip Larut Malam
04. Sang Terasing
05. Aden
06. ----tidak ada judul---
07. Katya
08. Katya dan Ayah yang Hilang
Ingatan
09. Melukis Katya
10. Menyeberangi Katya
11. Katya, Tuhan ini Tidak Ada
12. Baraqtani Dzallathina Amuktani
13. Madruddin Hafaladzi
14. Milyari Alcionis
15. Gigajuta Nama
bonus tracks:
01. Pelukis Terbaik
02. Moskwa di Rusia
03. Jantung Pagi
04. Perhitungan
05. Kota Karang
06. Mi'raj
07. Feeling Blue
08. Perburuan
09. Agama Batu Bata
10. Pengendali Unta
11. Atap Rahasia
12. Daun Kuning
13. Toko Tutup dan Tulisan “Buka”
HUKUM TUHAN
Kemarin Kamis, di keriuhan aku
terhempas sendiri
Kamera pinjaman digenggam erat
tangan lemahku
Kau muncul tiba-tiba, sesuatu yang
tak pernah terduga sebelumnya.
Jika aku sengaja melihat,
sudah kuabadikan keberadaanmu
dan kupajang di dinding masjid
kampung halamanku
agar semua orang tahu.
Meskipun demikian,
mengapa tidak ada satu bidikanpun
yang mengarah padamu?
18 April 2008
LANGIT BIRU TUA
Kini aku sendiri,
menatap dinding yang membenturkan
kosong dan keriuhan
Pernah kau mengepak kipas di
sebelah
bertanya tentang jantung yang
dibenturkan ke lantai penuh dedaunan kering ini
Segala memang punyaku,
Kesalahan di perayaan itu juga
dan patahan ranting yang tergeletak
Tanpa mengangguk, kau berpaling
pergi tanpa jejak yang
bisa kuketahui
Seandainya mata ini tak bisa
berkedip,
kucabut dan kuberikan kepadamu
untuk menyaksikan sendiri
langit biru tua di kampung halaman
hatiku
19 April 2008
PENGINTIP LARUT MALAM
Dan turunkanlah mata-mata
dari tanah malaikat
yang tak melanggar janji
Dan hempaskanlah surga-surga
pada tanah hitam pekat
bagai telah kutumpah sumpah
Bahkan Harut dan Marut[1]
pernah terbuai dan lalai
sedang aku yang bagai carut-marut
tak mau ditelik sandi pengejawantah
yang capai
Aku tak bersembunyi,
Para pengintipmu yang mengendap
dalam kemengendap-endapannya
Hentikanlah,
Sampai kapan kumesti melihat
Cintamu terampas pagi buta?
SANG TERASING
Wahai, aku orang asing
di kotamu yang asing
Kuketuki pintu dan bertanya buntu
Di mana kamu? Di mana kamu?
Tiada yang tahu, tiada yang mau
tahu.
Kususuri jalan dan tergantung
helaan
Apa lagi kemudian? Apa lagi
kemudian?
Tiada tepian, tiada yang mau
perhentian.
Kau pelita hati[2],
Bukan lampu kota yang ‘kan mati.
Wahai, di tengah pengembaraan
entah berapa lagi pelangi jadi air
mata
Kusadari betapa pilunya
terasing di kota sendiri[3].
ADEN
Kota tertua,
di namamu tertulis nama
sebenar-benar nama
tempat segala bermula
tempat segala berpusara
Habil dan Qabil[4]
yang jatuh kini benar-benar jatuh.
Siapa yang mengajari mereka,
adalah burung gagak yang tadi
terbang melingkari dindingmu.
Darahnya sepi dan sepinya
berdarah-darah.
Tamanmu yang jauh kini benar-benar
jauh.
Siapa yang mengejari waktunya,
adalah lumut hijau yang menua
menari-nari di keseluruhan.
cintanya hancur dan hancurlah kau.
Kota tertua,
Makam segala makam,
Siapa sesungguhnya pemilikmu?
Kaucelupkan
warna merah ke jantung hati
Tetapi
ketika kutelah berada di atap rumah
dan
melihat gurat penamu yang hidup dalam mati
tiada
lagi cinta yang mereka sebut jatuh dari langit
dan
menumpahi kota
kelahiran yang makin sunyi.
Hanya
aku, hanya aku…
Bahkan
dia bukan lagi rumah yang mau kutinggali.
KATYA
- untuk dia yang hurufnya hidup di dalam nama
ini -
Segala bentuk di luar takluk pada
satu bentuk ini
Bila matahari terbit dari timur,
kuputar arah haluannya
Bila bayangan mulai memendek, kutarik
dia jauh ke belakang
Bila langit merah mengabarkan
penghabisan, kutuang warna perpanjangan
Bila bulan sabit mengisahkan air
mata, itu nyata
Maka dengarlah ketika aku
mendendangkan namamu di jantung
lebih cepat dari kereta yang
membawaku pergi ke seberang
Katyaku, Katyaku..
lusinan semesta kucipta di hari
pendek ini
KATYA DAN AYAH YANG HILANG
INGATAN
Kutinggalkan engkau sendiri di
keramaian perhentian – lengang –
Tetapi sesungguhnya engkaulah yang
meninggalkanku berdua dengan topi sepi – melekat tak lekang –
Bintang takkan memanduku pulang,
Di negeriku sana, hanya ada siang yang panjang.
Ayahmu tidak suka pada cinta para
petualang,
Tetapi ia menciptaku sebagai petopi
petualang.
Katya, aku tak mau hilang!
Biar kubacakan sajak tak tersayat
pedang,
“Wahai Katyaku, perkenalkan aku ini
bukan siapa-siapa putra bukan siapa-siapa”[5]
MELUKIS KATYA
Melukis wajahmu di genangan ini
begitu mudah
Aku tak pernah mampu duduk
memangkumu
karena semestinya lutut ini menekuk
di bawah pijakan kakimu
Jika kau bertanya mengapa kurobek
keras-keras kertas kehendak itu
di depan matamu,
Tidak bisakah aku bertanya mengapa
kuteriak lantang memanggilmu
dari balik air mata malam ini?
Katyaku, mimpi tinggal separuh.
Bulan tidak akan bersahabat,
Purnamanya muncul di cintamu yang
purna.
Melukis wajahmu di genangan ini
begitu mudah
tetapi menulis satu huruf saja dari
namaku di samuderamu yang luas,
mengapa terlalu...
MENYEBERANGI KATYA
Ketakutan menyergap di senja
terluka
Mana merah yang mengisahkan tautan
hati itu? Hanya biru pekat.
Lalu hujan yang sepi menghakimi
wajahku yang tengadah.
Katya, apakah Rusia tak terlalu
jauh untuk membunuh kami?
Katya, apakah Ababil tak terlalu
panas untuk menghantam kami?
Kau,
satu yang tak pernah musnah.
KATYA, TUHAN INI TIDAK ADA
Katya, kudengar dari balik dinding
tinggi pekat
Vas terlontar pecah dan bunga mawar
terinjak kaki lelah.
Ayah,
Ayahmu mencipta tuhan dalam rupa
merah meruap
“Jangan nikahi pemuda tak
beragama!”
Kusangka Rusia tak cukup
menghancurkan penghalang
Katya, Katya...
Kubisikkan lagu dalam nada paling
mendayu:
“Jangan imani Tuhan kemarin sore,
sayang.”[6]
BARAQTANI DZALLATHINA AMUKTANI[7]
Marashi marashi marashi
hawwari hawwati hawwati
muluqtani muluddani muluqtani
suffani suffani suffani suffani
li li li baraqtani dzallathina
amuktani
MADRUDDIN HAFALADZI[8]
Pintu rumah ini dibuka dingin dan
hangat pergi lagi
Sembilan bulan sepuluh hari dari
tempat kutumpahkan hati
adalah jarak yang cukup panjang
ditempuh olehmu
mu
mu
madruddin hafaladzi
ku
ku
sebentar saja bagiku
madruddin hafaladzi
MILYARI ALCIONIS[9]
akulah matahari
hukum dan hakim[10]
akulah tuhan
penguasa segala nyawa
Nil yang kering hulunya adalah Nil
yang sama dengan
Nil yang kuyup hilirnya oleh hujan
kartuku[11].
Babel yang jauh pucuknya adalah Babel yang sama dengan
Babel yang jatuh kakinya oleh tumbuk
merpatiku.
“Milyari! Milyari![12]”
masih kutawafi pusat segala pusat
menuju musnah.
GIGAJUTA NAMA[13]
kubidik kau dengan akal pikiran
kukubur bersama hati yang masih
basah di bawah tapal batas yang kubangun sendiri.
“Selamat tinggal”,
kulangkahkan kaki sejauh kumau
pergi
99 namamu di dalam namaku ini
belumlah cukup[14].
BONUS TRACKS
1
PELUKIS TERBAIK
Salah satu pelukis terbaik di dunia
sekalipun tidak bisa membuat garis
lengkung bibirku naik terus, tetapi kau bisa. Entah bagaimana caranya itu
terjadi, meskipun garis lengkung hidup sedang menukik tajam sekalipun.
2
MOSKWA DI RUSIA
Meskipun buku demi buku dijahit dan
diperdagangkan sebagai baju laki-laki dan perempuan, Moskwa tetap di Rusia.
3
JANTUNG PAGI
Setiap pagi terjaga, jantungku
meledak tiga ratus kali. Bahkan sebelum selimut dilipat tak rata.
4
PERHITUNGAN
Karena kau gemar menghitung kancing
baju tetangga, agama adalah sesuatu yang tidak perlu diperhitungkan.
5
KOTA KARANG
Jika karang hancur bersama cinta
yang mengendarai buih ombak, maka yang terlihat adalah samudera luas yang kelak
menimbun kota
pelabuhan.
6
MI’RAJ
Kalimat bersayap terbang dari tanah
haram ke atap dunia. Yang melihatnya dengan mata pemberian cuma-cuma hanya
menemukan gagak putus asa yang mengepak sebelah sayap cacat dengan kalut.
7
FEELING BLUE
“Karena kutak biasa menunggu sehari
tanpa senyummu”[15].
Dan kau adalah pelukis paling aneh
yang bisa menciptakannya kapanpun.
8
PERBURUAN
Dua puluh satu tahun aku menantimu
dan tiga bulan ini bintang-bintang rontok di bawah kakiku. Bagaimana aku akan
melakukan perburuan bila mereka datang sendiri kepadaku? Ini perburuanmu!
9
AGAMA BATU BATA
“Akulah kiblat!”
Lalu kauatur batu bata rapat-rapat
sebagai dinding pecah musim kemarau dan kikis musim penghujan. Wahai, tak
sadarkah bahwa kau sedang mengurungku?
10
PENGENDALI UNTA
Kau hidup lagi dan bergerilya di
bawah putihnya musim kelabu.
Aku bukan pengendali kuda. Kukekang
untaku yang kelelahan di padang
pasir, minumannya adalah kau.
11
ATAP RAHASIA
Tetapi ketika kutelah berada di
atap rumah dan melihat gurat penamu yang hidup dalam mati, tiada lagi cinta
yang mereka sebut jatuh dari langit dan menumpahi kota kelahiran yang makin sunyi.
12
DAUN KUNING
Karena tanah dingin, kutumpuk
dedaunan kering di sekujur tubuhmu yang tertidur. Kau mengusirku sebagai orang
gila yang sedang berlatih cara mengubur mayat.
13
TOKO TUTUP DAN TULISAN “BUKA”
Toko itu tutup meski ada tulisan “buka”
tergantung di pintunya. Dan tirai besi berwarna oranye memerangkap komputer di
dalamnya.
[1] Dalam cerita rakyat Arab, Harut dan
Marut adalah malaikat yang diturunkan ke bumi, mengajarkan ilmu-lmu pengetahuan
kepada manusia [diduga: sihir]. Kemudian, ajaran ini diselewengkan. Versi lain
cerita Arab itu, Harut dan Marut yang malaikat sekalipun, keblinger juga ketika
melihat dunia, jatuh cinta kepada perempuan (dunia).
[2] Ayat Cahaya, An-Nur 35: "Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun
tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu."
[3] Orang yang mengenal dirinya sendiri,
mengenal Tuhannya (“Siapa yang melihatku, telah melihat Allah”).
[4] Nama umumnya: Abel dan Cain (istilah
ini dijadikan pula sebagai salah satu pola penyelidikan bila ada dua sekawan
yang tertangkap polisi). Saudara seayah-ibu yang salah satunya meninggal karena
kecemburuan.
[5] Abu Said Al-Kharraz dari Khurasan.
Kata-kata lengkapnya demikian, “Perkenalkan, aku adalah bukan siapa-spa, putra
bukan siapa-siapa. Tidak ada sesuatupun di balik jubahku selain Allah.”
[6] Bisa dibandingkan sebagai salah satu
pencerminan hidup Al-Hallaj. Ia menikah, tetapi kemudian “tidak dianggap” oleh
mertuanya (yang pembesar Islam) karena dituduh menyampaikan ajaran sesat. Jika
dimaknai lain, ini seperti terpecahnya Islam menjadi 72 golongan dan
masing-masing mengklaim diri sebagai ahlus-sunnah-wal-jamaah. Adakah orang
jenius yang mengklaim dirinya jenius? Jika ada, tentu yang benar-benar jenius
cuma beberapa sedangkan yang banyak adalah orang yang sok jenius. Akan tetapi,
orang awam akan lebih suka dengan orang banyak yang sok jenius itu daripada
orang jenius sebenarnya karena orang-jenius-sebenarnya tersebut memiliki
kejeniusan yang tidak lazim (dianggap idiot oleh orang awam) sedangkan orang
sok jenius yang lebih berterima dianggap jenius karena pemikirannya sama dengan
orang awam. Dari sini, apakah kita benar-benar makhluk pluralis atau
relativis? Tidak. Kita adalah makhluk subjektif yang tidak mau menerima
perbedaan, apapun dalihnya. Jadi, jika Anda bertemu dengan orang yang mengaku
pluralis, Anda perlu tertawa geli.
[7] Kuciptakan dalam keadaan “basah”,
bukan ekstase, karena aku belum pernah ekstase. Kata-kata ini, aku tidak
memahaminya juga. Akan tetapi, ini adalah kata-kata yang menenangkan dan
menguatkan. Semacam “mantra”, meskipun tidak kubuat demikian. Seandainya
dibaca, mungkin terasa sejuk.
[8] Siapakah dia, tidak kuketahui. Nama
yang begitu saja muncul, tapi menenangkan.
[9] Alcione adalah pusat segala pusat
alam semesta. Tatasurya mendekati pusat ini dalam kurun waktu tertentu,
kemudian mengalami “penyucian”, ketika cahaya alcione yang benderang menyinari
tata surya. Tahun 2012, diprediksi sebagai tahun tatasurya merapati alcione
lagi.
[10] Dewa Matahari, Ra, di Mesir. Dalam
sistem pemerintahannya, Firaun sebagai raja adalah hukum dan hakim (Tuhan)
[11] Umar bin Khattab pernah menyurati
sungai Nil yang berhenti mengalir selama bertahun-tahun. Sesampainya di tepi
sungai, utusan Umar, ‘Amr Ibn As-As melemparkan surat yang dilipat bagai kartu, yang
bertulisan demikian: “Dari seorang hamba Allah Umar Amir al-Mukminin kepada
Sungai Nil Mesir. Amma ba’d. Engkau dulu mengalir dari hulumu, tapi sekarang
kau tak mengalir. Sesungguhnya Allah Yang MahaEsa lagi Maha Perkasalah yang
mengalirkanmu. Maka kami memohon kepada Allah Yang MahaEsa lagi Maha Perkasa
untuk mengalirkanmu.
[12] Milyari adalah plesetan. Ketika
alumnus berarti alumni tunggal dan alumni berarti alumnus jamak, maka milyarus berarti
milyari tunggal (1 milyar) dan milyari berarti milyarus banyak (Bermilyar-milyar).
[13] Bandingkan dengan sajak “Tuhan biar
Abrit Tiba Tepat Waktu”:
“Tuhan
biar Abrit Tiba Tepat Waktu”:
Jangan
memandang
seolah
aku akan mati
setelah
kau pergi
sedetik
lagi.
Ini
bukan tempatmu lagi,
dihuni
dia yang
merantaiku
dengan longgar
Note: tidak seperti pikiran yang mungkin terlintas semacam “Aden meninggalkan Tuhan”, lebih kompleks dari
itu, tetapi sekaligus sederhana, dan Tuhan tetap berada di kutub positifnya.
[14] Asmaul Husna, nama-nama baik Tuhan,
berjumlah 99. Nama Tuhan yang ke-100 adalah nama rahasia. Kusebutkan nama
tersebut sejajar dengan 1 gigajuta nama.
[15] Petikan reff lirik lagu “Feeling
Blue”: “karena ku tak biasa menunggu sehari tanpa senyummu” (yang kemudian
diganti menjadi “Karenaku…”) oleh Andrea/Feeling Blue (nama band).
keren
ReplyDelete