Saturday, July 12, 2014

Kumpulan Sajak Fitra Firdaus Aden Tahun 2007



 Kini tibalah kita di tahun 2008. Begitu banyak perubahan di sini. Dari yang “kering”, menjadi “basah”, seperti bumi mati yang ditumpahi hujan deras untuk hidup kembali. Kalian tahu aku ngutip Al-Quran surat apa, ayat berapa? He he he~ Tahun ini aku banyak membuat sajak yang berbentuk lirik lagu dan sajak yang benar-benar sajak. Saking banyaknya, mungkin post ini akan menjadi cukup panjang. Akan tetapi, yakinlah yang kupost di sini adalah yang terbaik (menurutku). Kumpulan sajak “KAMAR PENENGADAH”, demi ke-tidak-campur-baur-an, kupost pada halaman berikutnya.


01. Hukum Tuhan
02. Langit Biru Tua
03. Pengintip Larut Malam
04. Sang Terasing
05. Aden
06. ----tidak ada judul---
07. Katya
08. Katya dan Ayah yang Hilang Ingatan
09. Melukis Katya
10. Menyeberangi Katya
11. Katya, Tuhan ini Tidak Ada
12. Baraqtani Dzallathina Amuktani
13. Madruddin Hafaladzi
14. Milyari Alcionis
15. Gigajuta Nama






bonus tracks:
01. Pelukis Terbaik
02. Moskwa di Rusia
03. Jantung Pagi
04. Perhitungan
05. Kota Karang
06. Mi'raj
07. Feeling Blue
08. Perburuan
09. Agama Batu Bata
10. Pengendali Unta
11. Atap Rahasia
12. Daun Kuning
13. Toko Tutup dan Tulisan “Buka”





HUKUM TUHAN

Kemarin Kamis, di keriuhan aku terhempas sendiri
Kamera pinjaman digenggam erat tangan lemahku
Kau muncul tiba-tiba, sesuatu yang tak pernah terduga sebelumnya.

Jika aku sengaja melihat,
sudah kuabadikan keberadaanmu
dan kupajang di dinding masjid kampung halamanku
agar semua orang tahu.

Meskipun demikian,
mengapa tidak ada satu bidikanpun yang mengarah padamu?

18 April 2008










LANGIT BIRU TUA

Kini aku sendiri,
menatap dinding yang membenturkan kosong dan keriuhan
Pernah kau mengepak kipas di sebelah
bertanya tentang jantung yang dibenturkan ke lantai penuh dedaunan kering ini

Segala memang punyaku,
Kesalahan di perayaan itu juga
dan patahan ranting yang tergeletak

Tanpa mengangguk, kau berpaling
pergi tanpa jejak yang
bisa kuketahui

Seandainya mata ini tak bisa berkedip,
kucabut dan kuberikan kepadamu untuk menyaksikan sendiri
langit biru tua di kampung halaman hatiku

19 April 2008







PENGINTIP LARUT MALAM

Dan turunkanlah mata-mata
dari tanah malaikat
yang tak melanggar janji

Dan hempaskanlah surga-surga
pada tanah hitam pekat
bagai telah kutumpah sumpah

Bahkan Harut dan Marut[1]
pernah terbuai dan lalai
sedang aku yang bagai carut-marut
tak mau ditelik sandi pengejawantah yang capai

Aku tak bersembunyi,
Para pengintipmu yang mengendap dalam kemengendap-endapannya

Hentikanlah,
Sampai kapan kumesti melihat
Cintamu terampas pagi buta?







SANG TERASING

Wahai, aku orang asing
di kotamu yang asing

Kuketuki pintu dan bertanya buntu
Di mana kamu? Di mana kamu?
Tiada yang tahu, tiada yang mau tahu.

Kususuri jalan dan tergantung helaan
Apa lagi kemudian? Apa lagi kemudian?
Tiada tepian, tiada yang mau perhentian.

Kau pelita hati[2],
Bukan lampu kota yang ‘kan mati.

Wahai, di tengah pengembaraan
entah berapa lagi pelangi jadi air mata
Kusadari betapa pilunya
terasing di kota sendiri[3].






ADEN

Kota tertua,
di namamu tertulis nama sebenar-benar nama
tempat segala bermula
tempat segala berpusara

Habil dan Qabil[4] yang jatuh kini benar-benar jatuh.
Siapa yang mengajari mereka,
adalah burung gagak yang tadi
terbang melingkari dindingmu.
Darahnya sepi dan sepinya berdarah-darah.

Tamanmu yang jauh kini benar-benar jauh.
Siapa yang mengejari waktunya,
adalah lumut hijau yang menua
menari-nari di keseluruhan.
cintanya hancur dan hancurlah kau.

Kota tertua,
Makam segala makam,
Siapa sesungguhnya pemilikmu?







Kaucelupkan warna merah ke jantung hati

Tetapi ketika kutelah berada di atap rumah
dan melihat gurat penamu yang hidup dalam mati
tiada lagi cinta yang mereka sebut jatuh dari langit
dan menumpahi kota kelahiran yang makin sunyi.

Hanya aku, hanya aku…
Bahkan dia bukan lagi rumah yang mau kutinggali.








KATYA
 - untuk dia yang hurufnya hidup di dalam nama ini -

Segala bentuk di luar takluk pada satu bentuk ini
Bila matahari terbit dari timur, kuputar arah haluannya
Bila bayangan mulai memendek, kutarik dia jauh ke belakang
Bila langit merah mengabarkan penghabisan, kutuang warna perpanjangan
Bila bulan sabit mengisahkan air mata, itu nyata
Maka dengarlah ketika aku mendendangkan namamu di jantung
lebih cepat dari kereta yang membawaku pergi ke seberang
Katyaku, Katyaku..
lusinan semesta kucipta di hari pendek ini






KATYA DAN AYAH YANG HILANG INGATAN

Kutinggalkan engkau sendiri di keramaian perhentian – lengang –
Tetapi sesungguhnya engkaulah yang meninggalkanku berdua dengan topi sepi – melekat tak lekang –

Bintang takkan memanduku pulang,
Di negeriku sana, hanya ada siang yang panjang.

Ayahmu tidak suka pada cinta para petualang,
Tetapi ia menciptaku sebagai petopi petualang.

Katya, aku tak mau hilang!
Biar kubacakan sajak tak tersayat pedang,
“Wahai Katyaku, perkenalkan aku ini bukan siapa-siapa putra bukan siapa-siapa”[5]





MELUKIS KATYA

Melukis wajahmu di genangan ini begitu mudah
Aku tak pernah mampu duduk memangkumu
karena semestinya lutut ini menekuk di bawah pijakan kakimu

Jika kau bertanya mengapa kurobek keras-keras kertas kehendak itu
di depan matamu,
Tidak bisakah aku bertanya mengapa kuteriak lantang memanggilmu
dari balik air mata malam ini?

Katyaku, mimpi tinggal separuh.
Bulan tidak akan bersahabat,
Purnamanya muncul di cintamu yang purna.

Melukis wajahmu di genangan ini begitu mudah
tetapi menulis satu huruf saja dari namaku di samuderamu yang luas,
mengapa terlalu...









MENYEBERANGI KATYA

Ketakutan menyergap di senja terluka
Mana merah yang mengisahkan tautan hati itu? Hanya biru pekat.
Lalu hujan yang sepi menghakimi wajahku yang tengadah.

Katya, apakah Rusia tak terlalu jauh untuk membunuh kami?
Katya, apakah Ababil tak terlalu panas untuk menghantam kami?

Kau,
satu yang tak pernah musnah.







KATYA, TUHAN INI TIDAK ADA

Katya, kudengar dari balik dinding tinggi pekat
Vas terlontar pecah dan bunga mawar terinjak kaki lelah.

Ayah,
Ayahmu mencipta tuhan dalam rupa merah meruap

“Jangan nikahi pemuda tak beragama!”
Kusangka Rusia tak cukup menghancurkan penghalang

Katya, Katya...
Kubisikkan lagu dalam nada paling mendayu:
“Jangan imani Tuhan kemarin sore, sayang.”[6]







BARAQTANI DZALLATHINA AMUKTANI[7]

Marashi marashi marashi
hawwari hawwati hawwati
muluqtani muluddani muluqtani
suffani suffani suffani suffani
li li li baraqtani dzallathina amuktani








MADRUDDIN HAFALADZI[8]

Pintu rumah ini dibuka dingin dan hangat pergi lagi
Sembilan bulan sepuluh hari dari tempat kutumpahkan hati
adalah jarak yang cukup panjang ditempuh olehmu
mu
mu
madruddin hafaladzi
ku
ku
sebentar saja bagiku
madruddin hafaladzi






MILYARI ALCIONIS[9]

akulah matahari
hukum dan hakim[10]
akulah tuhan
penguasa segala nyawa

Nil yang kering hulunya adalah Nil yang sama dengan
Nil yang kuyup hilirnya oleh hujan kartuku[11].
Babel yang jauh pucuknya adalah Babel yang sama dengan
Babel yang jatuh kakinya oleh tumbuk merpatiku.

“Milyari! Milyari![12]
masih kutawafi pusat segala pusat
menuju musnah.







GIGAJUTA NAMA[13]

kubidik kau dengan akal pikiran
kukubur bersama hati yang masih basah di bawah tapal batas yang kubangun sendiri.

“Selamat tinggal”,
kulangkahkan kaki sejauh kumau pergi
99 namamu di dalam namaku ini belumlah cukup[14].









BONUS TRACKS


1
PELUKIS TERBAIK
Salah satu pelukis terbaik di dunia sekalipun  tidak bisa membuat garis lengkung bibirku naik terus, tetapi kau bisa. Entah bagaimana caranya itu terjadi, meskipun garis lengkung hidup sedang menukik tajam sekalipun.




2
MOSKWA DI RUSIA
Meskipun buku demi buku dijahit dan diperdagangkan sebagai baju laki-laki dan perempuan, Moskwa tetap di Rusia.




3
JANTUNG PAGI
Setiap pagi terjaga, jantungku meledak tiga ratus kali. Bahkan sebelum selimut dilipat tak rata.




4
PERHITUNGAN
Karena kau gemar menghitung kancing baju tetangga, agama adalah sesuatu yang tidak perlu diperhitungkan.




5
KOTA KARANG
Jika karang hancur bersama cinta yang mengendarai buih ombak, maka yang terlihat adalah samudera luas yang kelak menimbun kota pelabuhan.




6
MI’RAJ
Kalimat bersayap terbang dari tanah haram ke atap dunia. Yang melihatnya dengan mata pemberian cuma-cuma hanya menemukan gagak putus asa yang mengepak sebelah sayap cacat dengan kalut.




7
FEELING BLUE
“Karena kutak biasa menunggu sehari tanpa senyummu”[15].
Dan kau adalah pelukis paling aneh yang bisa menciptakannya kapanpun.




8
PERBURUAN
Dua puluh satu tahun aku menantimu dan tiga bulan ini bintang-bintang rontok di bawah kakiku. Bagaimana aku akan melakukan perburuan bila mereka datang sendiri kepadaku? Ini perburuanmu!





9
AGAMA BATU BATA
“Akulah kiblat!”
Lalu kauatur batu bata rapat-rapat sebagai dinding pecah musim kemarau dan kikis musim penghujan. Wahai, tak sadarkah bahwa kau sedang mengurungku?




10
PENGENDALI UNTA
Kau hidup lagi dan bergerilya di bawah putihnya musim kelabu.
Aku bukan pengendali kuda. Kukekang untaku yang kelelahan di padang pasir, minumannya adalah kau.




11
ATAP RAHASIA
Tetapi ketika kutelah berada di atap rumah dan melihat gurat penamu yang hidup dalam mati, tiada lagi cinta yang mereka sebut jatuh dari langit dan menumpahi kota kelahiran yang makin sunyi.




12
DAUN KUNING
Karena tanah dingin, kutumpuk dedaunan kering di sekujur tubuhmu yang tertidur. Kau mengusirku sebagai orang gila yang sedang berlatih cara mengubur mayat.





13
TOKO TUTUP DAN TULISAN “BUKA”
Toko itu tutup meski ada tulisan “buka” tergantung di pintunya. Dan tirai besi berwarna oranye memerangkap komputer di dalamnya.





[1] Dalam cerita rakyat Arab, Harut dan Marut adalah malaikat yang diturunkan ke bumi, mengajarkan ilmu-lmu pengetahuan kepada manusia [diduga: sihir]. Kemudian, ajaran ini diselewengkan. Versi lain cerita Arab itu, Harut dan Marut yang malaikat sekalipun, keblinger juga ketika melihat dunia, jatuh cinta kepada perempuan (dunia).
[2] Ayat Cahaya, An-Nur 35: "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
[3] Orang yang mengenal dirinya sendiri, mengenal Tuhannya (“Siapa yang melihatku, telah melihat Allah”).
[4] Nama umumnya: Abel dan Cain (istilah ini dijadikan pula sebagai salah satu pola penyelidikan bila ada dua sekawan yang tertangkap polisi). Saudara seayah-ibu yang salah satunya meninggal karena kecemburuan.
[5] Abu Said Al-Kharraz dari Khurasan. Kata-kata lengkapnya demikian, “Perkenalkan, aku adalah bukan siapa-spa, putra bukan siapa-siapa. Tidak ada sesuatupun di balik jubahku selain Allah.”
[6] Bisa dibandingkan sebagai salah satu pencerminan hidup Al-Hallaj. Ia menikah, tetapi kemudian “tidak dianggap” oleh mertuanya (yang pembesar Islam) karena dituduh menyampaikan ajaran sesat. Jika dimaknai lain, ini seperti terpecahnya Islam menjadi 72 golongan dan masing-masing mengklaim diri sebagai ahlus-sunnah-wal-jamaah. Adakah orang jenius yang mengklaim dirinya jenius? Jika ada, tentu yang benar-benar jenius cuma beberapa sedangkan yang banyak adalah orang yang sok jenius. Akan tetapi, orang awam akan lebih suka dengan orang banyak yang sok jenius itu daripada orang jenius sebenarnya karena orang-jenius-sebenarnya tersebut memiliki kejeniusan yang tidak lazim (dianggap idiot oleh orang awam) sedangkan orang sok jenius yang lebih berterima dianggap jenius karena pemikirannya sama dengan orang awam. Dari sini, apakah kita benar-benar makhluk pluralis atau relativis? Tidak. Kita adalah makhluk subjektif yang tidak mau menerima perbedaan, apapun dalihnya. Jadi, jika Anda bertemu dengan orang yang mengaku pluralis, Anda perlu tertawa geli.
[7] Kuciptakan dalam keadaan “basah”, bukan ekstase, karena aku belum pernah ekstase. Kata-kata ini, aku tidak memahaminya juga. Akan tetapi, ini adalah kata-kata yang menenangkan dan menguatkan. Semacam “mantra”, meskipun tidak kubuat demikian. Seandainya dibaca, mungkin terasa sejuk.
[8] Siapakah dia, tidak kuketahui. Nama yang begitu saja muncul, tapi menenangkan.
[9] Alcione adalah pusat segala pusat alam semesta. Tatasurya mendekati pusat ini dalam kurun waktu tertentu, kemudian mengalami “penyucian”, ketika cahaya alcione yang benderang menyinari tata surya. Tahun 2012, diprediksi sebagai tahun tatasurya merapati alcione lagi.
[10] Dewa Matahari, Ra, di Mesir. Dalam sistem pemerintahannya, Firaun sebagai raja adalah hukum dan hakim (Tuhan)
[11] Umar bin Khattab pernah menyurati sungai Nil yang berhenti mengalir selama bertahun-tahun. Sesampainya di tepi sungai, utusan Umar, ‘Amr Ibn As-As melemparkan surat yang dilipat bagai kartu, yang bertulisan demikian: “Dari seorang hamba Allah Umar Amir al-Mukminin kepada Sungai Nil Mesir. Amma ba’d. Engkau dulu mengalir dari hulumu, tapi sekarang kau tak mengalir. Sesungguhnya Allah Yang MahaEsa lagi Maha Perkasalah yang mengalirkanmu. Maka kami memohon kepada Allah Yang MahaEsa lagi Maha Perkasa untuk mengalirkanmu.
[12] Milyari adalah plesetan. Ketika alumnus berarti alumni tunggal dan alumni berarti alumnus jamak, maka milyarus berarti milyari tunggal (1 milyar) dan milyari berarti milyarus banyak (Bermilyar-milyar).
[13] Bandingkan dengan sajak “Tuhan biar Abrit Tiba Tepat Waktu”:
Tuhan biar Abrit Tiba Tepat Waktu”:
Jangan memandang
seolah aku akan mati
setelah kau pergi
sedetik lagi.
Ini bukan tempatmu lagi,
dihuni dia yang
merantaiku dengan longgar

Note: tidak seperti pikiran yang mungkin terlintas semacam “Aden meninggalkan Tuhan”, lebih kompleks dari itu, tetapi sekaligus sederhana, dan Tuhan tetap berada di kutub positifnya.
[14] Asmaul Husna, nama-nama baik Tuhan, berjumlah 99. Nama Tuhan yang ke-100 adalah nama rahasia. Kusebutkan nama tersebut sejajar dengan 1 gigajuta nama.
[15] Petikan reff lirik lagu “Feeling Blue”: “karena ku tak biasa menunggu sehari tanpa senyummu” (yang kemudian diganti menjadi “Karenaku…”) oleh Andrea/Feeling Blue (nama band).

1 comment: