Sekarang, kita melaju ke tahun 2007. Sebenarnya, sejak 2006,
pencapaian saya berkutat di titik-titik semacam ini saja. Hmmm, kurang
mengalami penyegaran berarti, malah mungkin cenderung stagnan. Sajak-sajak
berikut ini ada dalam kumpulan sajak “KERING”. Dari judulnya saja, dapat
diketahui bagaimana pendapat saya mengenai sajak buatan saya sendiri.
Membutuhkan hujan! Ha ha ha.
Btw, kumpulan sajak ini adalah salah satu yang
berhasil diselamatkan. Ahm,
aslinya ada sajak-sajak yang ngeres, lihat footnotenya, he he he~ Dan tentu
masih ada sajak untuk “Abrit”.
01. ---tidak ada judul---
02. Titik Basah Dada Kekasih
03. 3x4
04. Pohon Cemara
05. Pembunuhan di Atas Bantal
06. Jumat
07. Sepatu Putih Lancip
08. Hal Terbalik
09. Mencari dan Mencuri Peluh
10. ---tidak ada judul---
11. Kekasih Boneka Panda
12. Nun Jauh di Sini
13. My Unfaithful Faith
14. Rahasia Terpendam dalam
Kemustahilan
15. Dear, My Lukovitch
16. Merebaklah di Ufuk Timur,
Meredalah di Ufuk Barat
17. Pemertahanan
18. Everyday, Efrida
19. Abritanisme
20. Awan-berawan
21. Jika Fia Pulang ke Kampung
Halaman
22. Kalpataru dan Candala
23. Nightbrain
Semua datang, semua pergi.
Aku di kecepatan tinggi
segera menghilang, segera timbul
lagi
Sekedipan yang disangkal orang
berjalan sejengkal
Hari apa ini?
Hari-hari kita berlari sudah lari
jauh hari.
Sedikit lagi ku kehilanganmu,
dihentikan lagi.
sedetik lagi ku menemuiku,
dihancurkan pagi.
TITIK BASAH DADA KEKASIH[1]
Lengang melekang,
udara berpasir berkutat di kepala
puluhan hari kering berpeluh.
Aku mati rindu.
Kata berpura-pura membawa hujan
Kota jauh tak mau tahu perasaan.
Cepatlah datang,
usiaku berkurang di titik basah
tanah gersang
dan meski tentangmu kuhilang
ingatan
---akane souma----
3x4
Di mana hidup?
Kulupa menaruhnya.
Gantungan baju ini,
sebentar lagi jadi gantungan
kepala.
Senyum yang kudekati, berlari
sembunyi
Gelak tawa yang kugenggam, menguap
habis
Pintu kamar akan jadi pintu
pemisah.
Neraka di depan mata,
nama 'pecundang' di belakang
punggung.
Selamat tinggal kekasih,
namamu sekalipun tak ada dalam saku[2].
POHON CEMARA
Siapa yang mau mengubur?
Siapa kau yang mau mengabur?
Cemaraku tercemar,
hatimu tersamar
asap terlalu tebal dan menebal.
Topeng yang kaupakai itu, menderu
kencang di sebelahku.
Tubuh telanjang ini, terbatuk dan
terus terbatuk ke kematian.
Bebas bisa habis juga, seperti
nafas.
Karenanya, kau pergi juga sebuah
permasalahan baru.
PEMBUNUHAN DI ATAS BANTAL[3]
dia mati,
tangan ini menyapu sisa tinta
putih, merintih.
Sekilas tadi masih ada jerit, kayu
rapuh berderit
kesakitan terbit.
menjelang asar tikamku jauh sasar
menelusuri lembab, nafas di telinga
terjerembab
kesakitan di akhir bab.
Hati mengedip, dadamu
berkedap-kedip
Mata memerintah 'bunuh dia lagi'.
---akane souma----
JUMAT
Kau berdiri di tengah perempatan
“Jangan pergi!” teriak dari sana padahal kaulah yang
mau pergi
Lepas gaun panjangmu, lampu merah
rusak semua.
Tubuh siapa yang terlempar beberapa
detik lagi?
Ini aneh, aku sedang bergerak ke
istirah.
Lihat, mereka bersahut memanggil
nama kekasihmu!
SEPATU PUTIH LANCIP
Sepatu putih lancipmu, pernah
kuusap dengan debu
Sepatu putih lancipmu, pernah
kucuci dengan hujan
dan haknya pernah patah di riang
siang.
Terpincang.
Kau terpancing jadi terpincang.
Betapa sakitnya itu.
HAL TERBALIK
Aku punya kekasih kemarin sore
lalu malamnya dia berlalu mengasih
kancingnya pada lelaki mulut berkancing
dia bilang tuhan menangisi kepergiannya
sedihnya, di pipiku tidak ada bekas
air mata sedikit saja.
Pagi ini dia merajuk, merobek
seluruh baju dan mencopoti kancing bajunya,
memukul-mukul tanah, cepat
bergulingan
padahal aku cuma mencari apa yang
dia bilang
bisa meratapinya.
MENCARI DAN MENCURI PELUH
Hingga Mei tahun ini,
masih suka kukayuh sepeda di pagi
buta
mencarimu
mencarimu
mencarimu
mencarimu
mencarimuuuuuu....
lalu kau mengayokan hari depan
sampai bulan tertinggal
mencurinya
mencurinya
mencurinya
mencurinya
mencurinyaaaaaa...
peluhku jadi,
air matamu menjadi-jadi.
Kembalilah,
jangan jadi dia lagi.
Jangan bermain api
di dingin dindingku
Tumpahan minyak sekalipun
tak lagi terlalu berarti
Segera lupakan apa-apa yang segera
kauluapkan tadi
sejenak yang menyakiti jadi
tersakiti
aku dan aku lain ---sama sekali
bukan kau--- punya hangat sendiri
jauh, jauh, jatuh di kebekuan jauh.
KEKASIH BONEKA PANDA[4]
Selesai berguyon kering di
kerumunan,
boneka panda itu melepas kepala
kekasihku gantinya.
Kau lelah?
Kalau lelah minumlah,
minum air mata dari botol haus.
'Ah...'
kau mendesah bagai terjadi apa saja
Jangan tersenyum,
menjeritlah sekencang mungkin!
orang ramai bertepuk tangan.
---akane souma----
NUN JAUH DI SINI
Jauh di dalam arang hati, namamu
yang masih menyala
berpijar merah lemah menuju
kemusnahan.
MY UNFAITHFUL FAITH
Tuhan, ajari aku membanting
cemburu.
Dadaku terbakar melihat bulan dekat
bintang di langit malam yang jaraknya tahunan cahaya
padahal bumi yang didekati bulan.
RAHASIA TERPENDAM DALAM
KEMUSTAHILAN[5]
Aku ingin jadi butir pepasir yang
tengah dibaringimu
Aku ingin jadi cahaya yang
menyelusupi celah-celahmu
Jangan jadi hawa panas yang
menggerahkan lekat bajumu...
jangan.
---akane souma----
DEAR, MY LUKOVITCH[6]
Hari ini takkan pernah kulupa,
mimpi kita bersebelahan
Kau di ruang bernyala lampu dan aku
di ruang berlampu pecah
Sumpah indah itu menjadi sampah.
MEREBAKLAH DI UFUK TIMUR,
MEREDALAH DI UFUK BARAT[7]
Entah sejak kapan
aku biasa tersakiti
kau datang, dia pergi
Entah bagaimana
burung-burung mematuki bebijian
di kosong telapak tanganku
Matahari,
pulangmu tak kuhabisi walau tahu
masanya
menjemput mati
Padang rumput mana berlari di penghabisan
hari,
mencukur ramai tumbuh sepi yang
menjadi
Adakah setia tak terjelaskan ---tak
terjual?
Belum lagi badan dingin
mereka-mereka tiba mengambili tanah
tiba-tiba
PEMERTAHANAN[8]
Kau suruh aku pergi
matahari tinggi,
lampu kota tinggal setengahnya saja
Aku belum bisa pulang,
mengelak bukan pula sebuah tujuan
Tahu aku kausingkiri
obrolan kita makin sayup,
dipotonglah kekuatannya
Kita saling pandang,
lama dan lebih lama lagi
udara berubah wangi
lalu kau membuka tangan, membuat
keterangan
mengajakku bermain di peluh yang
menderas
EVERYDAY, EFRIDA[9]
Betapa terkejutnya mata lain
yang terlanjur menghakimi
Dia asap, berjalan diselidiki.
Kita udara, pergi sesuka hati
tanpa diketahui
Minggu nanti,
bersuaralah
dan bersualah kita di mimpi indah
ABRITANISME[10]
Pandanganku ini,
seperti mata telanjang yang
memandang langit luas,
mencari rahasia bintang-bintang.
Gugup sebelum niat terkabul.
Tak bisa karena keterbatasan
mendera
Ketakutan yang asing.
Bagaimana bisa kutahu
keseluruhanmu?
Yang terlihat hanya sinar
yang menerjang berpuluh-puluh ribu
tahun cahaya,
mengabarkan sedikit dari
sesungguhnya.
AWAN-BERAWAN
Awan berkawan
gerah benar, sembarang bercawan.
Di sepanjang jalan barang bawaan
jatuh satu - jatuh satu seperti di
persewaan.
JIKA FIA PULANG KE KAMPUNG
HALAMAN
Jika Fia pulang ke kampung halaman
banyak bunga jatuh tertinggal
Jika Fia pulang ke kampung buangan,
banyak kepik emas berlari dikejar
pelarian
Kisah kami pernah terbenam di
genggaman tangan,
saat salah satu terjerembab lubang
pematang
Tinggallah, tinggallah Fia
Rumah kami masih penuh kenangan.
KALPATARU DAN CANDALA[11]
Kupetikkan, Abrit.
Sehelai daunnya untukmu
Meski aku tak tahu apa itu
kalpataru.[12]
[1] Beberapa foto Akane Souma di
photobook E-Girl, meski sajaknya tidak hanya mengisahkan hal tersebut, lebih
dalam lagi, ini tentang pencarian Tuhan dalam tubuh Akane Souma, ha ha ha~
pasti tidak percaya.
[2] Bandingkan dengan “Amber” Dir en
Grey (album VULGAR):
“Selamat tinggal kekasih tanpa nama yang kucintai sepenuh
hati”
[3] Model yang sama dengan “Bulan Madu”
(Sajak Lavratislava 2006—B). Bandingkan dengan lirik “Metropolis” oleh L’Arc~en~Ciel
[c/w Winterfall, 1998]:
ochiyuku matenroo
pencakar langit [organ seksual yang
berdiri] runtuh [selesai ereksi]
atau “The Nepenthes” [album REAL, 2000]:
afuresou na ore no toge,
sokonashii idenshi
“duri”ku yang meluap [menumpahkan
cairan] adalah pengenal tanpa batas
[4] Kukasih sedikit pengantar. Ini ada
di video Akane Souma yang bisa didownload di www.akane-souma.com. Di sana, Akane menjadi boneka panda dan saat
lelah, ia melepas topi kepala pandanya untuk meneguk air mineral.
[5] Foto-foto Akane Souma di photobook
“Erotic Revolution” dan doa yang manis, Tuhan, jangan sampai Akane Souma
seperti Maria Ozawa yang hijrah dari model biasa menjadi artis “luar biasa” (ada
tataran tertentu dalam jenjang model di Jepang). Akane Souma tidak mungkin
seperti Maria Ozawa, itu pasti.
[6] Ini tentang cerpen “Dear, My
Lukovitch”. Nafas, sang tokoh utama, bertemu dengan Karen dalam kencan buta di kota Tua. Janji indah
untuk mengetahui satu-sama-lain setelah terbuai manisnya dunia maya (chatting)
menjadi sampah karena Karen memanfaatkan posisi Nafas sebagai jurnalis untuk
menjadi pengintip serangan Garuda Merah ke kota tersebut.
[7] Kemudian, sajak ini digunakan
sebagai salah satu lirik lagu Firman dalam album RHEINA (2007) dengan tambahan
berikut:
Merebaklah
di ufuk timur, meredalah di ufuk barat
biar kulihat
segalanya yang tak terlihat mata-mata manusia
meresaplah
cepat biar kulihat segalanya
[8] Awalnya, ini lucu. Suatu hari, aku
sakit dan teman di sebelah, menyuruhku pulang saja. Kubuat bagaimana seandainya
ini adalah bentuk “pengusiran” kekasih, sehingga pada bagian akhirnya “mengajakku
bermain di peluh yang menderas”. Alih-alih tentang seksualitas lagi,
sebenarnya kubayangkan saking banyaknya kata yang seharusnya terucap, tapi tak
terucap, sehingga membuat keduanya gugup, berkeringat.
[9] bandingkan pengucapannya dalam lidah
orang Jepang, (alih-alih “a” dibaca “ei”, “a” tetap dibaca “a”): [EFRIDAI,
EFRIDA]. Ssiapakah Efrida? cuma nama, seperti Alice, Katyusha, Kasumi, Keisya, Pijitra, dan
lainnya. Kupilih untuk menyamakan suara saja.
[10] Cinta ketiga, nama dirahasiakan.
Meskipun Abrit sebenarnya adalah nama Rosemary Abrit, tokoh dalam GUIDE. Bukan
berarti aku membuat gambaran “Abrit” di dunia nyata dalam Abrit yang di dunia
fiksi, atau sebaliknya. Kata-kata penggambarannya adalah: “meskipun ini
adalah itu sekaligus bukan itu, tetapi ini berbeda dengan itu karena ini adalah
ini.”, bukan sebatas oposisi biner atau penanda-petanda. Mungkin, kalau
ada pencipta karya fiksi laki-laki, dia memahami hal ini.
[11] Candala adalah istilah untuk orang
buangan, pria, orang dari kasta campuran paling rendah. Lahir dari ayah sudra
dan ibu brahmana (kasta terendah]
[12] Kalpataru adalah salah satu dari lima pohon (pancawrksa) di
surga Indra (indraloka), dianggap dapat memenuhi semua keinginan.
No comments:
Post a Comment