Saturday, July 12, 2014

Kumpulan Sajak Fitra Firdaus Aden Tahun 2007



 Sekarang, kita melaju ke tahun 2007. Sebenarnya, sejak 2006, pencapaian saya berkutat di titik-titik semacam ini saja. Hmmm, kurang mengalami penyegaran berarti, malah mungkin cenderung stagnan. Sajak-sajak berikut ini ada dalam kumpulan sajak “KERING”. Dari judulnya saja, dapat diketahui bagaimana pendapat saya mengenai sajak buatan saya sendiri. Membutuhkan hujan! Ha ha ha. 

Btw, kumpulan sajak ini adalah salah satu yang berhasil diselamatkan. Ahm, aslinya ada sajak-sajak yang ngeres, lihat footnotenya, he he he~ Dan tentu masih ada sajak untuk “Abrit”.


01. ---tidak ada judul---
02. Titik Basah Dada Kekasih
03. 3x4
04. Pohon Cemara
05. Pembunuhan di Atas Bantal
06. Jumat
07. Sepatu Putih Lancip
08. Hal Terbalik
09. Mencari dan Mencuri Peluh
10. ---tidak ada judul---
11. Kekasih Boneka Panda
12. Nun Jauh di Sini
13. My Unfaithful Faith
14. Rahasia Terpendam dalam Kemustahilan
15. Dear, My Lukovitch
16. Merebaklah di Ufuk Timur, Meredalah di Ufuk Barat
17. Pemertahanan
18. Everyday, Efrida
19. Abritanisme
20. Awan-berawan
21. Jika Fia Pulang ke Kampung Halaman
22. Kalpataru dan Candala
23. Nightbrain





Semua datang, semua pergi.
Aku di kecepatan tinggi
segera menghilang, segera timbul lagi
Sekedipan yang disangkal orang berjalan sejengkal

Hari apa ini?
Hari-hari kita berlari sudah lari jauh hari.

Sedikit lagi ku kehilanganmu, dihentikan lagi.
sedetik lagi ku menemuiku, dihancurkan pagi.





TITIK BASAH DADA KEKASIH[1]

Lengang melekang,
udara berpasir berkutat di kepala
puluhan hari kering berpeluh.
Aku mati rindu.

Kata berpura-pura membawa hujan
Kota jauh tak mau tahu perasaan.

Cepatlah datang,
usiaku berkurang di titik basah tanah gersang

dan meski tentangmu kuhilang ingatan

---akane souma----






3x4

Di mana hidup?
Kulupa menaruhnya.
Gantungan baju ini,
sebentar lagi jadi gantungan kepala.

Senyum yang kudekati, berlari sembunyi
Gelak tawa yang kugenggam, menguap habis

Pintu kamar akan jadi pintu pemisah.
Neraka di depan mata,
nama 'pecundang' di belakang punggung.

Selamat tinggal kekasih,
namamu sekalipun tak ada dalam saku[2].







POHON CEMARA

Siapa yang mau mengubur?
Siapa kau yang mau mengabur?

Cemaraku tercemar,
hatimu tersamar
asap terlalu tebal dan menebal.

Topeng yang kaupakai itu, menderu kencang di sebelahku.
Tubuh telanjang ini, terbatuk dan terus terbatuk ke kematian.

Bebas bisa habis juga, seperti nafas.
Karenanya, kau pergi juga sebuah permasalahan baru.





PEMBUNUHAN DI ATAS BANTAL[3]

dia mati,
tangan ini menyapu sisa tinta putih, merintih.

Sekilas tadi masih ada jerit, kayu rapuh berderit
kesakitan terbit.

menjelang asar tikamku jauh sasar

menelusuri lembab, nafas di telinga terjerembab
kesakitan di akhir bab.

Hati mengedip, dadamu berkedap-kedip
Mata memerintah 'bunuh dia lagi'.

---akane souma----






JUMAT

Kau berdiri di tengah perempatan
“Jangan pergi!” teriak dari sana padahal kaulah yang mau pergi
Lepas gaun panjangmu, lampu merah rusak semua.
Tubuh siapa yang terlempar beberapa detik lagi?

Ini aneh, aku sedang bergerak ke istirah.
Lihat, mereka bersahut memanggil nama kekasihmu!





SEPATU PUTIH LANCIP

Sepatu putih lancipmu, pernah kuusap dengan debu
Sepatu putih lancipmu, pernah kucuci dengan hujan
dan haknya pernah patah di riang siang.

Terpincang.
Kau terpancing jadi terpincang.
Betapa sakitnya itu.





HAL TERBALIK

Aku punya kekasih kemarin sore
lalu malamnya dia berlalu mengasih kancingnya pada lelaki mulut berkancing
dia bilang tuhan menangisi kepergiannya
sedihnya, di pipiku tidak ada bekas air mata sedikit saja.

Pagi ini dia merajuk, merobek seluruh baju dan mencopoti kancing bajunya,
memukul-mukul tanah, cepat bergulingan
padahal aku cuma mencari apa yang dia bilang
bisa meratapinya.





MENCARI DAN MENCURI PELUH

Hingga Mei tahun ini,
masih suka kukayuh sepeda di pagi buta
mencarimu
mencarimu
mencarimu
mencarimu
mencarimuuuuuu....

lalu kau mengayokan hari depan sampai bulan tertinggal
mencurinya
mencurinya
mencurinya
mencurinya
mencurinyaaaaaa...

peluhku jadi,
air matamu menjadi-jadi.

Kembalilah,
jangan jadi dia lagi.







Jangan bermain api
di dingin dindingku
Tumpahan minyak sekalipun
tak lagi terlalu berarti

Segera lupakan apa-apa yang segera kauluapkan tadi
sejenak yang menyakiti jadi tersakiti

aku dan aku lain ---sama sekali bukan kau--- punya hangat sendiri
jauh, jauh, jatuh di kebekuan jauh.








KEKASIH BONEKA PANDA[4]

Selesai berguyon kering di kerumunan,
boneka panda itu melepas kepala
kekasihku gantinya.

Kau lelah?
Kalau lelah minumlah,
minum air mata dari botol haus.

'Ah...'
kau mendesah bagai terjadi apa saja

Jangan tersenyum,
menjeritlah sekencang mungkin!
orang ramai bertepuk tangan.

---akane souma----






NUN JAUH DI SINI

Jauh di dalam arang hati, namamu yang masih menyala
berpijar merah lemah menuju kemusnahan.





MY UNFAITHFUL FAITH

Tuhan, ajari aku membanting cemburu.
Dadaku terbakar melihat bulan dekat bintang di langit malam yang jaraknya tahunan cahaya
padahal bumi yang didekati bulan.






RAHASIA TERPENDAM DALAM KEMUSTAHILAN[5]

Aku ingin jadi butir pepasir yang tengah dibaringimu
Aku ingin jadi cahaya yang menyelusupi celah-celahmu

Jangan jadi hawa panas yang menggerahkan lekat bajumu...
jangan.

---akane souma----







DEAR, MY LUKOVITCH[6]

Hari ini takkan pernah kulupa, mimpi kita bersebelahan
Kau di ruang bernyala lampu dan aku di ruang berlampu pecah
Sumpah indah itu menjadi sampah.






MEREBAKLAH DI UFUK TIMUR, MEREDALAH DI UFUK BARAT[7]

Entah sejak kapan
aku biasa tersakiti
kau datang, dia pergi

Entah bagaimana
burung-burung mematuki bebijian
di kosong telapak tanganku

Matahari,
pulangmu tak kuhabisi walau tahu masanya
menjemput mati
Padang rumput mana berlari di penghabisan hari,
mencukur ramai tumbuh sepi yang menjadi

Adakah setia tak terjelaskan ---tak terjual?
Belum lagi badan dingin
mereka-mereka tiba mengambili tanah tiba-tiba







PEMERTAHANAN[8]

Kau suruh aku pergi
matahari tinggi,
lampu kota tinggal setengahnya saja

Aku belum bisa pulang,
mengelak bukan pula sebuah tujuan

Tahu aku kausingkiri
obrolan kita makin sayup,
dipotonglah kekuatannya

Kita saling pandang,
lama dan lebih lama lagi
udara berubah wangi
lalu kau membuka tangan, membuat keterangan
mengajakku bermain di peluh yang menderas







EVERYDAY, EFRIDA[9]

Betapa terkejutnya mata lain
yang terlanjur menghakimi

Dia asap, berjalan diselidiki.

Kita udara, pergi sesuka hati
tanpa diketahui

Minggu nanti,
bersuaralah
dan bersualah kita di mimpi indah






ABRITANISME[10]

Pandanganku ini,
seperti mata telanjang yang memandang langit luas,
mencari rahasia bintang-bintang.
Gugup sebelum niat terkabul.
Tak bisa karena keterbatasan mendera

Ketakutan yang asing.
Bagaimana bisa kutahu keseluruhanmu?
Yang terlihat hanya sinar
yang menerjang berpuluh-puluh ribu tahun cahaya,
mengabarkan sedikit dari sesungguhnya.






AWAN-BERAWAN

Awan berkawan
gerah benar, sembarang bercawan.
Di sepanjang jalan barang bawaan
jatuh satu - jatuh satu seperti di persewaan.







JIKA FIA PULANG KE KAMPUNG HALAMAN

Jika Fia pulang ke kampung halaman
banyak bunga jatuh tertinggal

Jika Fia pulang ke kampung buangan,
banyak kepik emas berlari dikejar pelarian

Kisah kami pernah terbenam di genggaman tangan,
saat salah satu terjerembab lubang pematang

Tinggallah, tinggallah Fia
Rumah kami masih penuh kenangan.




KALPATARU DAN CANDALA[11]

Kupetikkan, Abrit.
Sehelai daunnya untukmu
Meski aku tak tahu apa itu kalpataru.[12]










[1] Beberapa foto Akane Souma di photobook E-Girl, meski sajaknya tidak hanya mengisahkan hal tersebut, lebih dalam lagi, ini tentang pencarian Tuhan dalam tubuh Akane Souma, ha ha ha~ pasti tidak percaya.
[2] Bandingkan dengan “Amber” Dir en Grey (album VULGAR):
“Selamat tinggal kekasih tanpa nama yang kucintai sepenuh hati”
[3] Model yang sama dengan “Bulan Madu” (Sajak Lavratislava 2006—B). Bandingkan dengan lirik “Metropolis” oleh L’Arc~en~Ciel [c/w Winterfall, 1998]:
ochiyuku matenroo
pencakar langit [organ seksual yang berdiri] runtuh [selesai ereksi]
atau “The Nepenthes” [album REAL, 2000]:
afuresou na ore no toge, sokonashii idenshi
“duri”ku yang meluap [menumpahkan cairan] adalah pengenal tanpa batas
[4] Kukasih sedikit pengantar. Ini ada di video Akane Souma yang bisa didownload di www.akane-souma.com. Di sana, Akane menjadi boneka panda dan saat lelah, ia melepas topi kepala pandanya untuk meneguk air mineral.
[5] Foto-foto Akane Souma di photobook “Erotic Revolution” dan doa yang manis, Tuhan, jangan sampai Akane Souma seperti Maria Ozawa yang hijrah dari model biasa menjadi artis “luar biasa” (ada tataran tertentu dalam jenjang model di Jepang). Akane Souma tidak mungkin seperti Maria Ozawa, itu pasti.
[6] Ini tentang cerpen “Dear, My Lukovitch”. Nafas, sang tokoh utama, bertemu dengan Karen dalam kencan buta di kota Tua. Janji indah untuk mengetahui satu-sama-lain setelah terbuai manisnya dunia maya (chatting) menjadi sampah karena Karen memanfaatkan posisi Nafas sebagai jurnalis untuk menjadi pengintip serangan Garuda Merah ke kota tersebut.
[7] Kemudian, sajak ini digunakan sebagai salah satu lirik lagu Firman dalam album RHEINA (2007) dengan tambahan berikut:
Merebaklah di ufuk timur, meredalah di ufuk barat
biar kulihat segalanya yang tak terlihat mata-mata manusia
meresaplah cepat biar kulihat segalanya
[8] Awalnya, ini lucu. Suatu hari, aku sakit dan teman di sebelah, menyuruhku pulang saja. Kubuat bagaimana seandainya ini adalah bentuk “pengusiran” kekasih, sehingga pada bagian akhirnya “mengajakku bermain di peluh yang menderas”. Alih-alih tentang seksualitas lagi, sebenarnya kubayangkan saking banyaknya kata yang seharusnya terucap, tapi tak terucap, sehingga membuat keduanya gugup, berkeringat.
[9] bandingkan pengucapannya dalam lidah orang Jepang, (alih-alih “a” dibaca “ei”, “a” tetap dibaca “a”): [EFRIDAI, EFRIDA]. Ssiapakah Efrida? cuma nama, seperti Alice, Katyusha, Kasumi, Keisya, Pijitra, dan lainnya. Kupilih untuk menyamakan suara saja.
[10] Cinta ketiga, nama dirahasiakan. Meskipun Abrit sebenarnya adalah nama Rosemary Abrit, tokoh dalam GUIDE. Bukan berarti aku membuat gambaran “Abrit” di dunia nyata dalam Abrit yang di dunia fiksi, atau sebaliknya. Kata-kata penggambarannya adalah: “meskipun ini adalah itu sekaligus bukan itu, tetapi ini berbeda dengan itu karena ini adalah ini.”, bukan sebatas oposisi biner atau penanda-petanda. Mungkin, kalau ada pencipta karya fiksi laki-laki, dia memahami hal ini.
[11] Candala adalah istilah untuk orang buangan, pria, orang dari kasta campuran paling rendah. Lahir dari ayah sudra dan ibu brahmana (kasta terendah]
[12] Kalpataru adalah salah satu dari lima pohon (pancawrksa) di surga Indra (indraloka), dianggap dapat memenuhi semua keinginan.

No comments:

Post a Comment