01. Sejak Rosemary Mengisahkan
Sesuatu dari Matanya
02. Tuhan Biar Abrit Tiba Tepat
Waktu
03. Pembicaraan di luar Pembicaraan
04. Let Me Go
05. Kepercayaan Berdarah-darah
06. Revelation
07. Ada Lagu yang Tak Bisa
Kunyanyikan di Luar Mimpi
08. Rara Ken Sajahit
09. Mujaki na Kattou
10. Aku Mencemburuinya, Abrit
11. Payung Penadah Hujan
12. Penari Arabella dan Picu Pistol
13. Para
Pengintip
14. Nightbrain
15. Hijau Rumputan
SEJAK ROSEMARY[1] MENGISAHKAN SESUATU
DARI MATANYA
Biar yang lain tenggelam
menenggelamkan aku yang tenggelam
nanti hanya kamu
yang melihat aku terbang
di tengah pekat malam kala banjir
meradang
hujan badai memerosokkan segala
TUHAN BIAR ABRIT TIBA TEPAT
WAKTU[2]
Jangan memandang
seolah aku akan mati
setelah kau pergi
sedetik lagi.
Ini bukan tempatmu lagi,
dihuni dia yang
merantaiku dengan longgar
PEMBICARAAN DI LUAR PEMBICARAAN
Namamu tak pernah kucatat,
aku mengetahuinya sendiri waktu
melihatmu
Namanya tak kunjung kusebut
lebih kuingat daripada namamu.
Anehkah itu?
Kamu yang lebih janggal.
Bisakah kamu menjelaskah bagaimana
bisa seseorang memantik api dari batu yang beradu ketika tangannya gemetaran
dan salju menumpuki mantelnya?
LET ME GO![3]
Hingga hinggap di hingar-bingar
kucermati kau yang membintang
Berapa rupiah kau menjual berita?
Kamu ada sejuta
Aku ada satu
tapi siapa bilang kalau kita
bertarung
aku yang terpecah-pecah?
Biarkan aku pergi ke khayalan
omong-kosongmu
membenamkan surga yang kaubangun
fana
KEPERCAYAAN BERDARAH-DARAH
Jungkir-baliklah sampai lupa
mengingatnya
barangkali itu artinya buatmu
Putar-putarlah kepala sampai pusing
tujuh keliling
sebut-sebut namanya sampai berbuih
mulut
Terbang tinggi.
Hatimu atau bualanmu?
REVELATION
Bunuh saya perlahan
kalau tidak, banyak yang menjerit
menuntut pembalasan
bukan orang-orang
karena tiada kawan orang-orang
Kuburkan saya dalam-dalam
kalau tidak, aromanya membangkitkan
hujatan dan perlawanan
bukan manusia-manusia
karena pelintiran lidah mereka
indah-indah
Tersenyumlah manis,
anda akan gentar
melihat siapa di belakang saya
tidak ada!
Ada lagu yang hanya bisa kunyanyikan dalam
mimpi.
Setelah tersadar, kucoba
mendendangkannya ulang tapi entah mengapa kulupa nadanya.
Kuhafal liriknya, tapi lupa cara
menyenandungkannya.
Dan hal itu berlanjut hingga kau
tiba:
“Acuhkan dirimu di depan mataku...”[4]
RARA KEN SAJAHIT[5]
Lebih dari sepuluh tahunan matahari
kita berjejer berdua
mengucap janji masing-masing
padahal berjalan di belakang
bayangannya tidak enak
toh kita mematuhi juga, di bawah
hukumnya!
Robek jahitmu, bebaskan walau hanya
satu
Bertelanjang membulatkan cinta yang
bulat-bulat
meski ini mimpi setengah jam saja
MUJAKI NA KATTOU[6]
Langit di sana mempunyai awan yang berarak
kamu masih memandang tengadah,
mencari-cari.
Kemari, kemarin sudah lenyap
Tuhanmu ada di sini, aku
melihatnya!
Tidakkah kausadari dia menemanimu
sepanjang hari?
AKU MENCEMBURUINYA, ABRIT
Ini cemburu, Abrit.
Turunlah. Tempatmu terlalu tinggi
dari sini.
Imani aku, imani aku.
Dia terlalu jauh di hatimu.
PAYUNG PENADAH HUJAN
Aku kotor
aku tahu
kau putih
pun mengerti
bila dosa tertumpah padaku bagai
hujan
tak kukibaskan sayap
agar kau yang di sebelah tak
terciprat
Tapi apakah kau tahu?
Aku tak pernah punya sayap:
kuyup sendirian
PENARI ARABELLA DAN PICU PISTOL[7]
“Dor! Dor! Dor!”
Anak kecil riang melepas tembakan.
Yang pertama, tinggi ke udara
mengguncang singgasana raja-raja.
Yang kedua, dilekatkan di dada
kekasih hati
darah rasa hangat tiada dua.
Yang ketiga, ke kening ayah sendiri
susah payah sudah mengajarinya
berjalan.
“Papa, Arabel mana?”
PARA
PENGINTIP[8]
Setiap tindak-tandukmu akan diintip
olehnya,
satu demi satu gerakanmu, terlihat
atau tak terlihat,
akan dicermatinya.
Kamu tak kehilangan apapun,
kamu tak merugi sesuatupun
Segala tingkah lakumu akan diintip
olehnya,
detik demi detik perjalananmu,
tertatih atau tak tertatih,
akan dicermatinya.
Kamu melihat segalanya,
kamu menyusun segala yang kausuka
yang tak kausuka akan kaulihat
menyusun susunanmu pula.
Yang demikian itu adalah peraturan,
rapi
berjalin satu sama lain
berkesesuaian dan berikatan.
Kegiatannya: mengintip[9]
Lalu, mengapa kau tidak
mengintipnya saja?
NIGHT-BRAIN
Kereta malam kehabisan warna,
sayang.
Hanya hitam dan hitam lagi.
Seperti selimut hangat yang
menyelubungi pelukan kita
dan otakku tetap dingin.
HIJAU RERUMPUTAN
Abrit yang baik,
aku lelah tertawa.
Kuganti senyum abadi
saat kau mendarat ke tanah,
di hijau rerumputan
tak berpaling padaku lagi.
[1] Cinta ketiga saya. Bertemu hanya
sebentar (Mei—September 2006), tetapi banyak hal yang terjadi meski saya hanya
melihatnya sejenak. Cinta satu arah. Dia membantu saya terutama di bulan
Juli—Agustus. Note lebih lengkapnya pada catatan kaki untuk sajak “Abritanisme”
(2007).
[2] Sajak yang bernuansa sama, saya buat
pada 2008, “Gigajuta Nama”:
GIGAJUTA NAMA
kubidik kau dengan akal pikiran
kukubur bersama hati yang masih basah
di bawah tapal batas yang kubangun sendiri.
“Selamat tinggal”,
kulangkahkan kaki sejauh kumau pergi
99 namamu di dalam namaku ini
belumlah cukup.
[3] Sajak yang menentang institusi
agama. Awalnya, aku memasuki sebuah forum di internet yang membicarakan
kebobrokan setiap agama, dan digunakan untuk membuktikan bahwa agama si
pembicara adalah yang benar, yang lain salah. Menurutku, berhentilah berbuat
demikian. Agamaku ya agamaku, agamamu ya agamamu. Lucu sekali kalau yang
terlibat dalam forum tersebut adalah orang-orang yang pluralis atau
multikulturalis. Kalau kamu belum mencintai “kekurangan” agamamu, mencari-cari
“kekurangan” agama lain, dan terus berdalih, apakah kelak kalau kamu mempunyai
suami/istri yang tidak sempurna, kamu juga akan meninggalkannya begitu saja
[4] Saat membuat sajak ini, sebenarnya
begini. Aku pernah melihat preview lagu “Musnah”-nya Andra & The BackBone
di TVRI. Akan tetapi, aku nggak pernah bisa menyanyikannya sampai sebulan,
selain dalam mimpi. Serius.
[5] Rara ken sajahit, berarti gadis
kecil (yang masih hanya memakai selembar jahit [bahan pakaian yang
dicat/dibatik] sebagai kain penutup tubuhnya).
[6] Mujaki berarti naif atau lugu. Kattou
bisa diartikan berbeda, baca sajak “—tak bolehkah saya tak menuliskan
kata ‘Sayang’ di belakang namanya?—” di Sajak Lavratislava 2006—B.
[7] versi lain sajak ini ada di
stensilan “PARA PENGINTIP”. Arabella tidak bermakna apa-apa, selain perempuan
berambut pirang. Akan tetapi, di “PARA PENGINTIP”, ketika Vratislav ekstase, ia
memikirkan perempuan yang sama dengan sajak ini, seorang perempuan pirang yang
menaklukkan singa-singa Afrika. Saya lupa namanya, pernah ditayangkan oleh
Lativi (Sekarang tvOne).
[8] versi lain sajak ini ada di “Sejarah
Sajak Lavratislava, 2007” berjudul “Pengintip Tengah Malam”.
[9] Bandingkan dengan lirik “Shamballa”
Fatima Sanctuary:
Kauintip aku dari tempat rahasia yang tak terlihat
Aku berjalan sendiri menempuh dunia
Pengembaraan yang jauh kapankah bertepuk tangan
menyambutku kembali pulang kepadamu
No comments:
Post a Comment